Kamis, 21 Januari 2016

HASIL TANGKAPAN MADIDIHANG (THUNNUS ALBACARES, BONATERRE 1788) DENGAN ALAT TANGKAP PANCING TONDA DAN PENGELOLAANNYA DIPELABUHAN PERIKANANNUSANTARA PELABUHAN RATU SUKABUMI





TESIS

RANGKUMAN











ASRIADI
21206008





PRODI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI
KENDARI
2016



I PENDAHULUAN
1.1         latar belakang
Potensi pembangunan yang terdapat di wilayah pesisir dan laut dapat di bagi menjadi tiga kelompok, yaitu : pertama, sumberdaya yang terbarukan (renewable resources) ; kedua, sumberdaya tak terbarukan (non-renewable resources); dan ketiga, jasa-jasa lingkungan (environmental servies). yang dapat pulih adalah hutan mangrove, terumbuh  karang, padang lamun dan rumput laut, serta sumberdaya peikanan laut  (duhari et al. 2001).
Menurut subri (2005), potensi sumberdaya perikanan laut di Indonesia terdiri dari empat sumberdaya perikanan, yaitu : pelagis besar (451.830 ton pertahun) dan pelagis kecil 2.423.000 ton pertahun) sumberdaya perikanan demersal  (3.163.630 ton pertahun), udang (100.720 ton pertahun), dan ikan karang (80.082 ton pertahun), secara nasional potensi lestari (makximum sustainable yield) sumber daya perikanan laut sebesar 6,7 juta ton pertahun dengan tingkat pemanfaatan mencapai 48%. (Dahuri et al 2001) menambahkan bahwah khususnya di selatan jawa potensi lestari (makximum sustainable yield, MSY) sumberdaya ikan 6,1  104 ton pertahun dengan tingkat pemanfaatan (exploitation rate) sebesar 29,3%.
Padahal pelaku perikanan tuna masih memerlukan imformasi secara ilmiah tentang seberapa besar imput produksi yang harus diberiakan uuntuk dapat menghasilkan output yang maksimal. Disebabkan dengan hasil tangkapan yang besar, maka kemungkinan proses usaha penangkapan ikan dengan pancing tonda masih bisa dilanjutkan atau bahkan tidak perlu dilanjutkan. Harapan terakhir (goal) dengan mengetahui analisis hasil tangkapan, maka dapat diketahui alternative pengolalan  yang berkesinambungan (sustainable).
1.2         pendekatan masalah
Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu adanya kajian mendalam tentang analisis hasil tangkapan khususnya madidihang (thunnus albacares) pada pancing tonda yang meliputi kajian biologi  (laju tangkap, musim ikan madidihang, umur dan pertumbuhan) serta tingkat pemanfaatan dan pengusahanya.  
1.3  Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah  di atas, tujuan  penelitian adalah untuk :
1)      Menentukan indeks musim penangkapan ikan dan tingkat pemanfaatan madidihang (thunnus albares) yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhan Ratu Sukabumi.
2)      Menentukan morfometri madidihang (thunnus albares) pada pancing tonda di PPN Pelabuhan Ratu Sukabumi.
3)      Menentukan umur dan pertumbuhan madidihang (thunnus albares) pada pancing tonda yang di daratkan di PPN Pelabuhan Ratu Sukabumi.
4)      Menentukan strategi pengelol 


II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Madidihang (Thunnus albares, Bonneterre 1788)
2.1.1 klasifikasi
         Klasifikasi ikan madidihang menurut Saanin(1986) adalah :
                  Filum : Chordate
                     Subfilum : Vertebrata
                              Kelas : Pisces
                                  Subkelas : Teleostei
                                       Bangsa : Perchormophi
                                           Subbangsa : Scombroidea
                                                Famili        : Scombroidea
                                                      Marga      : Thunnus
                                                           Spesies     : Thunnus albacores
2.1.2. Karakteristik Umum
          Menurut Ditjen Perikanan Tangkap (2001) tuna sirip kuning mempunyai warna punggung biru gelap metalik berubah dari kuning keperakan pada perut. Pada bagian perut sering disilangi kira-kira oleh garis patah-patah yang hamper tegak lurus. Panjang sirip dada (pectoral fim) sedang, biasanya mencapai belakang awal sirip punggung kedua. Kedua sirip punggung (dorsal fin) dan finlet dubur (anal fin) kuning terang dan semakin memanjang pada ikan dewasa (Itano, 2005).
2.1.3  Daur Hidup
 Madidihang merukapakan predator yang rakus dan cepat memijah.walaupun umurkan tersebut agak panjang, tetapi beberapa ikan ada yang mencapai matang gonat pada umur satu tahun, meskipun pada umumnya baru pertama kali memijah ketika berumur 2 atau 3 tahun. Madidihang memijah beberapa kali disepanjang tahun di laut terbuka pada suhu 25.60C dan pada madidihang betina dengan panjang 180 cm dapat menghasilkan delapan juta telur.
2.2 Alat Tangkap Pancing Tonda (troll line)
Menurut Sudirman dan Mallawa (2004), tonda adalah pancing yang diberi tali panjang dan di tarik oleh perahu. Pancing di beri umpan ikan segar atau umpan buatan, karena pengaruh tarikan pergerakan dalam air akan meransang ikan buas untuk menyambarnya. Alat tangkap pancing tonda ini sangat dikenal oleh nelayan Indonesia karena harganya relatif murah dan murah dijangkau oleh nelayan kecil.
Selain itu juga, dalam melakukan pengoprasian pada tonda relatf mudah untuk menangkap ikan permukaan. Adapun untuk penangkapan ikan pelagis besar, alat tonda ini masih belum umum digunakan karena sasaran tangkap jauh lebih dalam dari pada oprasi pancing tonda. Walaupun dengan mengunakan system pemberat, papan selam atau tabung selam dan dikombinasikan dengan perhitungan kecepatan kapal, maka operasi kedalam dari pancing dapat diatur mendekati swimming layer ikan tuna. Sehingga alat tangkap pancing tonda sangat memungkinkan untuk menangkap ikan tuna (Farid et al. 1989).


2.3 Hasil Tangkapan Pancing Tonda
Menurut Subani dan Barus (1989), salah satu alat tangkap rawai atau pancing tonda dapat menangkap beberapa ikan pelagis besar, antara lain : tuna sirip kuning (thunnus obesus), cakalang (Katsuwonus pelamis), tuna mata besar (Thunnus obesus), albakora(Thunnus alalunga). Adapun hasil tangkapan sampingan (by catch) adalah : ikan layang (Istophorus orientalis), setuhk putih (Makaira mazara), ikan pedang (Xiphias gladius), setuhk hitam (Makaira indica), setuhuk loreng (tettrapturus mitsukurii), berbagai jenis cucut (cucut mako,cuct martil, dan sejenisnya).
Hasil tangkapan pancing tonda diperairan Pelabuhanratu menggunakan alat bantu penangkapan rumpon (fish aggregating device). Hal ini dikarenakan  untuk menarik pergerakan ikan pelagis besar agar mendekati rumpon-rumpon tersebut. Cayre (1991 dalam besweni 2009) ikan madidihang memperlihatkanpergerakan horizontal sejauh satu mil kemudian menhilang tetapi akhirnya ditemukan pada rumpon lain dalam satu perairan dan esok harinya ikan tersebut kembali lagi ke rumpon semula. Hasil pengamatan vertical menunjukan bahwa kedalaman renang ikan madidihang pada siang hari mencapai kedalaman antara 70-100 m dengan suhu 25-270C dan pada malam hari 40-70 m dengan suhu >270C.


III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
          Penelitian dilaksanakan selama empat bulan yang dimulai pada bulan maret 2011 sampai juni 2011 yaitu musim peralihan barat ke timur sampai musim timur dengan lokasi di (PPN) Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi. Kegiatan penelitian meliputi tahap studi pustaka, pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan penulisan hasil penelitian.
a.       Laju Tangkap Pancing Tonda
1.      Hasil tangkapan per satuan upaya (CPUE)
Data hasil tangkapan dan upaya penangkapan yang diperoleh dibuat tabulasi, lalu dilakukan penghitungan nilai hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan (Catch per unit Effort).upaya penangkapan dapat berupa hari operasi atau bulan operasi, banyaknya trip penangkapan atau jumlah armada yang melakukan operasi penangkapan. Dalam penelitian ini upaya penangkapan yang digunakan adalah banyaknya jumlah armada penangkapan(unit).
2.      Standarnisasi alat tangkap pancing tonda
Ikan madidihang dapat tertangkap dengan beberapa jenis alat tangkap selain pancing tonda. Selanjutnya dilakukan standarnisasi alat tangkap dengan menentukan indeks kuasa penangkapan ikan (FPI = Fishing Power Indeks).
b.      Pola Musim Penangkapan Pancing Tonda
Pendugaan musim penangkapan ikan dapat dihitung dengan memanfaatkan data deret waktu (Time series) terhadap hasil tangkapan persatuan upaya penangkapan (CPUE) selama beberapa waktu tertentu. Dalam menentukan pola musim penangkapan, selanjutnya digunakan metode rata-rata bergerak (moving avarage) yang dikemukakan oleh dajan (1995).
Indeks musim penangkapan (IMP) dapat dikatakan tinggi, apabila nilai IMP-nya di atas 100 dan diatakan renda apabila nilai IMP-nya berada di bawah 100. Penangkapan pola musim penangkapan ikan dengan mengunakan metode rata-rata bergerak (moving avarage) mempunyai kelebihan, yaitu dapat mengisolasi fluktuasi musiman. Sehingga akan dapat menentukan saat yang tepat untuk melakukan operasi penangkapan ikan dan dapat menghilangkan kecenderungan yang biasa dijumpai pada metode deret waktu (Time seres). Sementara itu kekurangan dari metode moving average adalah tidak dapat menhitung pola musim penangkapan sampai pada tahun terakhir data yang ada.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN
            4.1 Alat Tangkap
Beberapa jenis alat tangkap yang beroperasi di PPN pelabuhanratu terdiri dari 11 jenis alat tangkap dengan alat tangkap pancinng ulur (hand line) yang mengunakan perahu kicang sangat mendominasi dermaga pelabuhan tersebut. Kenaikan jumlah alat tangkap terjadi pada tahun 2006 dilanjutkan dengan tahun 2007 sebagai puncak terbesar alat tangkap yang beroperasi.
Kondisi maksimum alat tangkap kembali menurun sejak tahun 2008 hingga 2010. Sehingga keseluruhan alat tangkap paying merupakan alat tangkap dominan yang ketiga setelah alat tangkapa bagan dan pancing ulur (hand line). Kemunkinan yang mendasari jumlah alat tangkap paying sangat dominan adalah dengan biaya operasional yang terjangkau oleh nelayan dan persiapan melaut yang relative cepat. Hal ini operasi penangkapan paying termasuk one day fishing dan selanjutnya daerah penangkapannya juga berada diperairan teluk pelabuhanratu.

4.2 Armada Penangkapan
                        Armada penangkapan ikan dilihat berdasarkan tenaga pengerak yang dipakai oleh perahu atau kapal untuk menangkap ikan yang ada diperairan Pelabuhanratu dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu : dengan menggunakan mesin inboard yang berada didalam bodi kapal atau biasa disebut dengan kapal motor (KM), kemudian kapal perahu temple (PMT) dengan tenaga pengeraknya berada diluar kapal dan dapat dipasang serta dilepaskan secara cepat dan mudah atau sering disebut outboard, selanjutnya perahu tampa motor dengan memakai dayung atau layar.
4.3 Alat Tangkap Pancing Tonda
·      Teknik Pengoprasian Pancing Tonda
Penangkapan ikan dengan alat tangkap pancing tonda pada umumnya dilakukan dengan menarik (trolling) tali pancing yang dipersiapkan. Akan tetapi untuk pancing tonda diPelabuhanratu sedikit berbeda disesuaikan dengan kondisi perairan dan jenis ikan target penangkapan. Pancing tonda di Pelabuhanratu menggunakan alat bantu penangkapan yaitu rumpon laut dalam. Sangat berbeda debgan rumpon-rumpon yang digunakan dilaut tara jawa untuk alat tangkap jarring lingkar.
Teknik penangkapan pancing tonda tersebut tidak hanya melakukan trolling di sekitar rumpon, akan tetapi pengoperasian dilakukan berdasarkan kebutuhan ikan yang akan ditangkap. Teknik penangkapan pancing tonda ada tiga cara yaitu :
1)      Teknik penangkapan pancing tonda mengunakan alat bantu layang-layang ;
2)      Teknik penangkapan pancing tonda dengan alat bantu jerigen dalam bentuk rawai tunggal ;
3)      Teknik penangkapan pancing tonda dengan melakukan penarikan  (trolling) dari kapal. Ketiga teknik penagkapan pancing tonda tersebut ternyata disesuaikan dengan jenis ikan target penangkapan.

  4.4 Hasil Tangkapan Pancing Tonda
a.   Jenis-jenis Ikan Hasil Tangkapan
                        jenis-jenis ikan dominan hasil tangkapan pancing tonda adalah :
1)        Madidihang (thunnus albacares), Cakalang (katsuwons pelamis)dan ikan tuna mata besar (thunnus obesus).
2)        Pancing tonda lainnya antara lain : setuhuk loreng (tetrapturus audax), sunglir (Elagatis bipinnulatus), lemadang (Coryphaena hippurus), cucut aron (Carcharhinus sp), cucut lanyam (prionace glauca), dan cucut monyet (alopias spp).


V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
       Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1)      Secara keseluruhan puncak musim penankapan ikan madidihang Pelabuhanratu dalam kurung waktu tahun2013- 2010 terjadi pada bulan juni atau pada musim timur.
2)      Tingkat pemanfaatan madidihang berkisar 16,26% -158,00% dengan rata-rata tingkat pemanfaatan 74,62%, sedangkan Tingkat penguasaan ikan madidihang berkisar antara 23.50% -125.66% atau rata-rata 64.82% dengan kategori pengusahan “sedang”.
3)      Ikan madidihang yang tertangkap dan didaratkan di Pelabuhanratu mempunyai isometric, umur sekitar 2-3 tahun, susah memijah dan gemuk.
4)      Secara simultan pengaruh kedalapan factor produksi ini terhadap hasil tangkapan madidihang dengan pancing tonda adalah signifikan dengan selang kepercayaan 95%. Sedangkan secara parsial pengaruhnya yang signifikan hanya oleh 5 faktor produksi saja, yaitu pendidikan dan pengalaman nakhoda, frekuensi setting mengunakan alat bantu layang-layang, serta lamanya frekunsi setting mengunakan alat bantu jerigen per hari
5.2 Saran
      Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran-saran adalah
1)      Perlu alternatif pengelolaan dengan pendekatan kuota penangkapan, yaitu pembatasan jumlah ikan yang boleh di tangkap (TAC).
2)      Perlu pengedalian upaya penangkapan di dasarkan potensi lestari (MSY), dengan membatasi jumlah alat tangkap, jumlah armada, jumlah trip penangkapan

DAFTAR PUSTAKA
Duhari, R, J. Rais, S.S Ginting, dan Sitepu. (2001) pengelolaan sumberdaya wilaya pesisir dan lautan secara terpadu. Edisi Revisi. Pradnya paramita. Jakarta.
Subri, M. (2005). Ekonomi Kelautan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Dirjen Perikanan Tangkap. (2001). Definisi dan Klasifikasi Statistik Penangkapan perikanan laut. Departemen Kelautan dan Perikanan.
Itano. D.G. (2005). Handbook For the Identfikacation of  Yellowfin and bigeye Tunas in Fresh Condition. Pelagic Fisheries research Program. University of Hawaii. JIMAR. Honolulu.