HASIL
TANGKAPAN MADIDIHANG (THUNNUS ALBACARES, BONATERRE 1788) DENGAN ALAT TANGKAP
PANCING TONDA DAN PENGELOLAANNYA DIPELABUHAN PERIKANANNUSANTARA PELABUHAN RATU
SUKABUMI
TESIS
RANGKUMAN
ASRIADI
21206008
PRODI
PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS
PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH KENDARI
KENDARI
2016
I
PENDAHULUAN
1.1
latar
belakang
Potensi pembangunan
yang terdapat di wilayah pesisir dan laut dapat di bagi menjadi tiga kelompok,
yaitu : pertama, sumberdaya yang terbarukan (renewable resources) ; kedua,
sumberdaya tak terbarukan (non-renewable resources); dan ketiga, jasa-jasa
lingkungan (environmental servies). yang dapat pulih adalah hutan mangrove,
terumbuh karang, padang lamun dan rumput
laut, serta sumberdaya peikanan laut
(duhari et al. 2001).
Menurut subri (2005),
potensi sumberdaya perikanan laut di Indonesia terdiri dari empat sumberdaya
perikanan, yaitu : pelagis besar (451.830 ton pertahun) dan pelagis kecil
2.423.000 ton pertahun) sumberdaya perikanan demersal (3.163.630 ton pertahun), udang (100.720 ton
pertahun), dan ikan karang (80.082 ton pertahun), secara nasional potensi
lestari (makximum sustainable yield) sumber daya perikanan laut sebesar 6,7
juta ton pertahun dengan tingkat pemanfaatan mencapai 48%. (Dahuri et al 2001)
menambahkan bahwah khususnya di selatan jawa potensi lestari (makximum
sustainable yield, MSY) sumberdaya ikan 6,1
104
ton pertahun dengan tingkat pemanfaatan (exploitation rate) sebesar 29,3%.
Padahal pelaku
perikanan tuna masih memerlukan imformasi secara ilmiah tentang seberapa besar imput produksi yang harus diberiakan
uuntuk dapat menghasilkan output yang
maksimal. Disebabkan dengan hasil tangkapan yang besar, maka kemungkinan proses
usaha penangkapan ikan dengan pancing tonda masih bisa dilanjutkan atau bahkan
tidak perlu dilanjutkan. Harapan terakhir (goal)
dengan mengetahui analisis hasil tangkapan, maka dapat diketahui alternative
pengolalan yang berkesinambungan (sustainable).
1.2
pendekatan
masalah
Berdasarkan
permasalahan tersebut, perlu adanya kajian mendalam tentang analisis hasil
tangkapan khususnya madidihang (thunnus
albacares) pada pancing tonda yang meliputi kajian biologi (laju tangkap, musim ikan madidihang, umur
dan pertumbuhan) serta tingkat pemanfaatan dan pengusahanya.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan
perumusan masalah di atas, tujuan penelitian adalah untuk :
1) Menentukan
indeks musim penangkapan ikan dan tingkat pemanfaatan madidihang (thunnus albares) yang didaratkan di
Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhan Ratu Sukabumi.
2) Menentukan
morfometri madidihang (thunnus albares)
pada pancing tonda di PPN Pelabuhan Ratu Sukabumi.
3) Menentukan
umur dan pertumbuhan madidihang (thunnus
albares) pada pancing tonda yang di daratkan di PPN Pelabuhan Ratu
Sukabumi.
4) Menentukan
strategi pengelol
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Madidihang (Thunnus albares, Bonneterre
1788)
2.1.1
klasifikasi
Klasifikasi
ikan madidihang menurut Saanin(1986) adalah :
Filum
: Chordate
Subfilum : Vertebrata
Kelas
: Pisces
Subkelas : Teleostei
Bangsa : Perchormophi
Subbangsa : Scombroidea
Famili
: Scombroidea
Marga : Thunnus
Spesies
: Thunnus albacores
2.1.2.
Karakteristik Umum
Menurut
Ditjen Perikanan Tangkap (2001) tuna sirip kuning mempunyai warna punggung biru
gelap metalik berubah dari kuning keperakan pada perut. Pada bagian perut
sering disilangi kira-kira oleh garis patah-patah yang hamper tegak lurus.
Panjang sirip dada (pectoral fim)
sedang, biasanya mencapai belakang awal sirip punggung kedua. Kedua sirip
punggung (dorsal fin) dan finlet dubur
(anal fin) kuning terang dan semakin
memanjang pada ikan dewasa (Itano, 2005).
2.1.3 Daur Hidup
Madidihang merukapakan
predator yang rakus dan cepat memijah.walaupun umurkan tersebut agak panjang,
tetapi beberapa ikan ada yang mencapai matang gonat pada umur satu tahun,
meskipun pada umumnya baru pertama kali memijah ketika berumur 2 atau 3 tahun.
Madidihang memijah beberapa kali disepanjang tahun di laut terbuka pada suhu
25.60C dan pada madidihang betina dengan panjang 180 cm dapat
menghasilkan delapan juta telur.
2.2
Alat Tangkap Pancing Tonda (troll line)
Menurut Sudirman dan Mallawa (2004), tonda adalah
pancing yang diberi tali panjang dan di tarik oleh perahu. Pancing di beri
umpan ikan segar atau umpan buatan, karena pengaruh tarikan pergerakan dalam
air akan meransang ikan buas untuk menyambarnya. Alat tangkap pancing tonda ini
sangat dikenal oleh nelayan Indonesia karena harganya relatif murah dan murah
dijangkau oleh nelayan kecil.
Selain itu juga, dalam melakukan pengoprasian pada
tonda relatf mudah untuk menangkap ikan permukaan. Adapun untuk penangkapan
ikan pelagis besar, alat tonda ini masih belum umum digunakan karena sasaran
tangkap jauh lebih dalam dari pada oprasi pancing tonda. Walaupun dengan
mengunakan system pemberat, papan selam atau tabung selam dan dikombinasikan
dengan perhitungan kecepatan kapal, maka operasi kedalam dari pancing dapat
diatur mendekati swimming layer ikan
tuna. Sehingga alat tangkap pancing tonda sangat memungkinkan untuk menangkap
ikan tuna (Farid et al. 1989).
2.3 Hasil Tangkapan Pancing Tonda
Menurut Subani dan Barus (1989), salah satu alat
tangkap rawai atau pancing tonda dapat menangkap beberapa ikan pelagis besar,
antara lain : tuna sirip kuning (thunnus
obesus), cakalang (Katsuwonus pelamis),
tuna mata besar (Thunnus obesus),
albakora(Thunnus alalunga). Adapun
hasil tangkapan sampingan (by catch)
adalah : ikan layang (Istophorus
orientalis), setuhk putih (Makaira
mazara), ikan pedang (Xiphias gladius),
setuhk hitam (Makaira indica),
setuhuk loreng (tettrapturus mitsukurii),
berbagai jenis cucut (cucut mako,cuct martil, dan sejenisnya).
Hasil tangkapan pancing tonda diperairan
Pelabuhanratu menggunakan alat bantu penangkapan rumpon (fish aggregating device). Hal ini dikarenakan untuk menarik pergerakan ikan pelagis besar
agar mendekati rumpon-rumpon tersebut. Cayre (1991 dalam besweni 2009) ikan madidihang memperlihatkanpergerakan
horizontal sejauh satu mil kemudian menhilang tetapi akhirnya ditemukan pada
rumpon lain dalam satu perairan dan esok harinya ikan tersebut kembali lagi ke
rumpon semula. Hasil pengamatan vertical menunjukan bahwa kedalaman renang ikan
madidihang pada siang hari mencapai kedalaman antara 70-100 m dengan suhu 25-270C
dan pada malam hari 40-70 m dengan suhu >270C.
III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian
dilaksanakan selama empat bulan yang dimulai pada bulan maret 2011 sampai juni
2011 yaitu musim peralihan barat ke timur sampai musim timur dengan lokasi di
(PPN) Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi. Kegiatan penelitian meliputi tahap
studi pustaka, pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan penulisan
hasil penelitian.
a. Laju
Tangkap Pancing Tonda
1. Hasil
tangkapan per satuan upaya (CPUE)
Data hasil tangkapan dan upaya
penangkapan yang diperoleh dibuat tabulasi, lalu dilakukan penghitungan nilai
hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan (Catch per unit Effort).upaya penangkapan dapat berupa hari operasi
atau bulan operasi, banyaknya trip penangkapan atau jumlah armada yang
melakukan operasi penangkapan. Dalam penelitian ini upaya penangkapan yang
digunakan adalah banyaknya jumlah armada penangkapan(unit).
2. Standarnisasi
alat tangkap pancing tonda
Ikan madidihang dapat tertangkap
dengan beberapa jenis alat tangkap selain pancing tonda. Selanjutnya dilakukan
standarnisasi alat tangkap dengan menentukan indeks kuasa penangkapan ikan (FPI
= Fishing Power Indeks).
b. Pola
Musim Penangkapan Pancing Tonda
Pendugaan musim
penangkapan ikan dapat dihitung dengan memanfaatkan data deret waktu (Time series) terhadap hasil tangkapan
persatuan upaya penangkapan (CPUE) selama beberapa waktu tertentu. Dalam
menentukan pola musim penangkapan, selanjutnya digunakan metode rata-rata
bergerak (moving avarage) yang
dikemukakan oleh dajan (1995).
Indeks musim
penangkapan (IMP) dapat dikatakan tinggi, apabila nilai IMP-nya di atas 100 dan
diatakan renda apabila nilai IMP-nya berada di bawah 100. Penangkapan pola
musim penangkapan ikan dengan mengunakan metode rata-rata bergerak (moving avarage) mempunyai kelebihan, yaitu
dapat mengisolasi fluktuasi musiman. Sehingga akan dapat menentukan saat yang
tepat untuk melakukan operasi penangkapan ikan dan dapat menghilangkan
kecenderungan yang biasa dijumpai pada metode deret waktu (Time seres). Sementara itu kekurangan dari metode moving average
adalah tidak dapat menhitung pola musim penangkapan sampai pada tahun terakhir
data yang ada.
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Alat Tangkap
Beberapa jenis alat tangkap yang beroperasi di PPN
pelabuhanratu terdiri dari 11 jenis alat tangkap dengan alat tangkap pancinng
ulur (hand line) yang mengunakan
perahu kicang sangat mendominasi dermaga pelabuhan tersebut. Kenaikan jumlah
alat tangkap terjadi pada tahun 2006 dilanjutkan dengan tahun 2007 sebagai
puncak terbesar alat tangkap yang beroperasi.
Kondisi maksimum alat tangkap kembali menurun sejak
tahun 2008 hingga 2010. Sehingga keseluruhan alat tangkap paying merupakan alat
tangkap dominan yang ketiga setelah alat tangkapa bagan dan pancing ulur (hand line). Kemunkinan yang mendasari
jumlah alat tangkap paying sangat dominan adalah dengan biaya operasional yang
terjangkau oleh nelayan dan persiapan melaut yang relative cepat. Hal ini
operasi penangkapan paying termasuk one
day fishing dan selanjutnya daerah penangkapannya juga berada diperairan
teluk pelabuhanratu.
4.2 Armada Penangkapan
Armada
penangkapan ikan dilihat berdasarkan tenaga pengerak yang dipakai oleh perahu
atau kapal untuk menangkap ikan yang ada diperairan Pelabuhanratu dapat
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu : dengan menggunakan mesin inboard yang berada didalam bodi kapal
atau biasa disebut dengan kapal motor (KM), kemudian kapal perahu temple (PMT)
dengan tenaga pengeraknya berada diluar kapal dan dapat dipasang serta
dilepaskan secara cepat dan mudah atau sering disebut outboard, selanjutnya perahu tampa motor dengan memakai dayung atau
layar.
4.3 Alat Tangkap Pancing Tonda
· Teknik Pengoprasian Pancing Tonda
Penangkapan
ikan dengan alat tangkap pancing tonda pada umumnya dilakukan dengan menarik (trolling) tali pancing yang
dipersiapkan. Akan tetapi untuk pancing tonda diPelabuhanratu sedikit berbeda
disesuaikan dengan kondisi perairan dan jenis ikan target penangkapan. Pancing
tonda di Pelabuhanratu menggunakan alat bantu penangkapan yaitu rumpon laut
dalam. Sangat berbeda debgan rumpon-rumpon yang digunakan dilaut tara jawa
untuk alat tangkap jarring lingkar.
Teknik
penangkapan pancing tonda tersebut tidak hanya melakukan trolling di sekitar rumpon, akan tetapi pengoperasian dilakukan
berdasarkan kebutuhan ikan yang akan ditangkap. Teknik penangkapan pancing
tonda ada tiga cara yaitu :
1) Teknik
penangkapan pancing tonda mengunakan alat bantu layang-layang ;
2) Teknik
penangkapan pancing tonda dengan alat bantu jerigen dalam bentuk rawai tunggal
;
3) Teknik
penangkapan pancing tonda dengan melakukan penarikan (trolling)
dari kapal. Ketiga teknik penagkapan pancing tonda tersebut ternyata
disesuaikan dengan jenis ikan target penangkapan.
4.4
Hasil Tangkapan Pancing Tonda
a.
Jenis-jenis Ikan Hasil Tangkapan
jenis-jenis
ikan dominan hasil tangkapan pancing tonda adalah :
1)
Madidihang (thunnus albacares), Cakalang (katsuwons
pelamis)dan ikan tuna mata besar (thunnus
obesus).
2)
Pancing tonda lainnya antara lain :
setuhuk loreng (tetrapturus audax),
sunglir (Elagatis bipinnulatus),
lemadang (Coryphaena hippurus), cucut
aron (Carcharhinus sp), cucut lanyam
(prionace glauca), dan cucut monyet (alopias spp).
V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Kesimpulan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Secara
keseluruhan puncak musim penankapan ikan madidihang Pelabuhanratu dalam kurung
waktu tahun2013- 2010 terjadi pada bulan juni atau pada musim timur.
2) Tingkat
pemanfaatan madidihang berkisar 16,26% -158,00% dengan rata-rata tingkat
pemanfaatan 74,62%, sedangkan Tingkat penguasaan ikan madidihang berkisar
antara 23.50% -125.66% atau rata-rata 64.82% dengan kategori pengusahan
“sedang”.
3) Ikan
madidihang yang tertangkap dan didaratkan di Pelabuhanratu mempunyai isometric,
umur sekitar 2-3 tahun, susah memijah dan gemuk.
4) Secara
simultan pengaruh kedalapan factor produksi ini terhadap hasil tangkapan
madidihang dengan pancing tonda adalah signifikan dengan selang kepercayaan
95%. Sedangkan secara parsial pengaruhnya yang signifikan hanya oleh 5 faktor
produksi saja, yaitu pendidikan dan pengalaman nakhoda, frekuensi setting mengunakan alat bantu
layang-layang, serta lamanya frekunsi setting
mengunakan alat bantu jerigen per hari
5.2
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran-saran
adalah
1) Perlu
alternatif pengelolaan dengan pendekatan kuota penangkapan, yaitu pembatasan
jumlah ikan yang boleh di tangkap (TAC).
2) Perlu
pengedalian upaya penangkapan di dasarkan potensi lestari (MSY), dengan membatasi jumlah alat tangkap, jumlah armada, jumlah
trip penangkapan
DAFTAR
PUSTAKA
Duhari, R, J. Rais, S.S Ginting, dan Sitepu. (2001)
pengelolaan sumberdaya wilaya pesisir dan lautan secara terpadu. Edisi Revisi.
Pradnya paramita. Jakarta.
Subri, M. (2005). Ekonomi Kelautan. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Dirjen Perikanan Tangkap. (2001). Definisi dan
Klasifikasi Statistik Penangkapan perikanan laut. Departemen Kelautan dan
Perikanan.
Itano. D.G. (2005). Handbook For the Identfikacation of
Yellowfin and bigeye Tunas in Fresh Condition. Pelagic Fisheries research
Program. University of Hawaii. JIMAR. Honolulu.